Friday, March 13, 2009

Penenang Jiwa

MENCARI KETENANGAN JIWA

Bismillah, Walhamdulillah Wassalatu Wassalam `Ala Rasulillah, Wa'ala Aalihie Wasahbihie Waman Walaah


HIBURAN YANG DIANJURKAN ISLAM

Hiburan sejati ialah hiburan yang bertapak di hati. Ia boleh membawa hati yang tenang. Syarat bagi ketenangan hati itu ialah dengan mengisi keperluan asasinya iaitu iman. Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala dalam Al-Qur‘an yang tafsirnya :

“Orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikir kepada Allah. Ketahuilah! Dengan zikir kepada Allah itu, tenang tenteramlah hati manusia”.

(Surah Al-Ra‘ad: 28)


Oleh itu orang yang beriman akan mendapat hiburan dengan cara berhubung dengan Allah dengan melaksanakan perintah, kewajipan, melakukan perkara-perkara yang disunatkan seperti zikir, puasa, sedekah dan lain-lain seumpamanya, berinteraksi dengan alam ciptaan Allah, dan menerima segala ketentuan daripada Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Apabila melaksanakan perintah Allah, mereka terhibur kerana merasakan perintah itu datang daripada kekasihnya. Kalau yang menyuruh itu kekasih, tidak ada yang disusahkan bahkan kegembiraan yang akhirnya membawa ketenangan. Mereka rasa seronok dan terhibur dengan ibadah tersebut.

Orang mukmin juga rasa terhibur dengan warna kehidupan yang dicorakkan oleh Allah. Hatinya sentiasa bersangka baik dengan Allah, membuatkannya tidak pernah resah. Apabila diberi nikmat mereka rasa terhibur, lalu bersyukur. Diberi kesusahan, mereka terhibur, lalu bersabar. Mereka yakin dengan firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang tafsirnya :

“(Katakanlah wahai orang-orang yang beriman: “Ugama Islam yang kami telah sebati dengannya ialah): Celupan Allah (yang mencorakkan seluruh kehidupan kami dengan corak Islam); dan siapakah yang lebih baik celupannya selain daripada Allah? (Kami tetap percayakan Allah) dan kepadaNyalah kami beribadat”.

(Surah Al-Baqarah: 138)


Orang yang beriman juga akan terhibur apabila melihat alam ciptaan Allah Subhanahu wa Ta‘ala. Mereka merasa tenang, bahagia dan gembira melihat pantai, bukit bukau, langit, laut dan sebagainya. Melihat, mendengar dan berfikir tentang keindahan itu sudah cukup bagi mereka merasai keindahan alam dan kebesaran penciptaNya. Sifat sedemikian merupakan sifat orang-orang yang bertaqwa iaitu orang yang berusaha memelihara dirinya daripada menyalahi hukum dan undang-undang Allah Ta‘ala. Firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala tafsirnya :

“Sesungguhnya pertukaran malam dan siang silih berganti, dan pada segala yang dijadikan oleh Allah di langit dan di bumi, ada tanda-tanda (yang menunjukkan undang-undang dan peraturan Allah) kepada kaum yang mahu bertaqwa”.

(Surah Yunus: 6)


Selain itu mereka ini dapat menghayati maksud sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang maksudnya:

“Sesungguhnya Allah itu indah. Dia suka keindahan”.

(Hadis riwayat Muslim )


Islam tidak menolak hiburan dari luar selama hiburan luar itu boleh menyumbang dan menyuburkan lagi hiburan dalaman hati dengan syarat ia mematuhi syariat. Alunan ayat suci Al-Qur‘an, selawat yang memuji Nabi, lagu yang menyuburkan semangat jihad, puisi atau syair yang menghaluskan rasa kehambaan kepada Tuhan, pasti akan menyuburkan lagi iman mereka. Firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala yang tafsirnya:

“Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan iaitu kitab suci Al-Qur‘an yang bersamaan isi kandungannya antara satu dengan yang lain (tentang benarnya dan indahnya), yang berulang-ulang (keterangannya, dengan berbagai cara); yang (oleh kerana mendengarnya atau membacanya) kulit badan orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka menjadi seram; kemudian kulit badan mereka menjadi lembut serta tenang tenteram hati mereka menerima ajaran dan rahmat Allah”.

(Surah Al-Zumar: 23)


FirmanNya lagi yang tafsirnya :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gementerlah hati mereka; dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, menjadikan mereka bertambah iman, dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah”.

(Surah Al-Anfaal: 2)


Dan firmanNya lagi yang tafsirnya :

“Iaitu orang-orang yang apabila disebut nama Allah, gerun gementarlah hati mereka, dan orang-orang yang sabar terhadap kesusahan yang menimpa mereka, dan orang-orang yang mendirikan sembahyang, serta orang-orang yang mendermakan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepadanya”.

(Surah Al-Hajj: 35)


Semua ibadat jika dilaksanakan dengan penuh perhatian, pasti akan memberi ketenangan jiwa, lihat sahaja ibadat sembahyang, sekalipun merupakan suatu kewajipan orang Islam, ia juga suatu hiburan yang kekal yang menjadikan hati orang yang beriman dan bertaqwa itu terhibur dengan sembahyang kerana mereka terasa sedang berbisik-bisik, bermesra, mengadu dan merintih dengan kekasih hatinya iaitu Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bahawa dengan sembahyang, hati orang beriman dan bertaqwa sudah terhibur, Baginda bersabda yang maksudnya :

"Di antara kesenangan dunia yang aku sukai ialah wanita, wangi-wangian dan penenang hatiku adalah sembahyang”.

(Hadis riwayat Al-Nasa‘ei)

Sunday, March 8, 2009

Sunan Kali Jaga

Berkas:Sunan kali jaga.jpg


Dialah "wali" yang namanya paling banyak disebut masyarakat Jawa. Ia lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam.

Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya.

Berdasarkan satu versi masyarakat Cirebon, nama Kalijaga berasal dari Desa Kalijaga di Cirebon. Pada saat Sunan Kalijaga berdiam di sana, dia sering berendam di sungai (kali), atau jaga kali.

Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishak, dan mempunyai 3 putra: R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang. Tidak mengherankan, ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Beberapa lagu suluk ciptaannya yang populer adalah Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul. Dialah menggagas baju takwa, perayaan sekatenan, garebeg maulud, serta lakon carangan Layang Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu ("Petruk Jadi Raja"). Lanskap pusat kota berupa kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini pula dikonsep oleh Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga; di antaranya adalah adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang.

Masyarakat Cirebon berpendapat bahwa nama itu berasal dari dusun Kalijaga di Cirebon. Sunan Kalijaga memang pernah tinggal di Cirebon dan bersahabat erat dengan Sunan Gunung Jati. Kalangan Jawa mengaitkannya dengan kesukaan wali ini untuk berendam ('kungkum') di sungai (kali) atau "jaga kali". Namun ada yang menyebut istilah itu berasal dari bahasa Arab "qadli dzaqa" yang menunjuk statusnya sebagai "penghulu suci" kesultanan.

Masa hidup Sunan Kalijaga diperkirakan mencapai lebih dari 100 tahun. Dengan demikian ia mengalami masa akhir kekuasaan Majapahit (berakhir 1478), Kesultanan Demak, Kesultanan Cirebon dan Banten, bahkan juga Kerajaan Pajang yang lahir pada 1546 serta awal kehadiran Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Panembahan Senopati. Ia ikut pula merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Demak. Tiang "tatal" (pecahan kayu) yang merupakan salah satu dari tiang utama masjid adalah kreasi Sunan Kalijaga.

Dalam dakwah, ia punya pola yang sama dengan mentor sekaligus sahabat dekatnya, Sunan Bonang. Paham keagamaannya cenderung "sufistik berbasis salaf" -bukan sufi panteistik (pemujaan semata). Ia juga memilih kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah.

Ia sangat toleran pada budaya lokal. Ia berpendapat bahwa masyarakat akan menjauh jika diserang pendiriannya. Maka mereka harus didekati secara bertahap: mengikuti sambil mempengaruhi. Sunan Kalijaga berkeyakinan jika Islam sudah dipahami, dengan sendirinya kebiasaan lama hilang.

Maka ajaran Sunan Kalijaga terkesan sinkretis dalam mengenalkan Islam. Ia menggunakan seni ukir, wayang, gamelan, serta seni suara suluk sebagai sarana dakwah. Dialah pencipta Baju takwa, perayaan sekatenan, grebeg maulud, Layang Kalimasada, lakon wayang Petruk Jadi Raja. Lanskap pusat kota berupa Kraton, alun-alun dengan dua beringin serta masjid diyakini sebagai karya Sunan Kalijaga.

Metode dakwah tersebut sangat efektif. Sebagian besar adipati di Jawa memeluk Islam melalui Sunan Kalijaga. Di antaranya adalah Adipati Pandanaran, Kartasura, Kebumen, Banyumas, serta Pajang (sekarang Kotagede - Yogya).

Ketika wafat, beliau dimakamkan di Desa Kadilangu, dekat kota Demak (Bintara). Makam ini hingga sekarang masih ramai diziarahi orang.

Friday, March 6, 2009

Kisah Rasulullah S.A.W berbicara tentang Dajjal

Pada suatu pagi Rasullullah berbincang dengan para sahabatnya mengenai Dajjal, kadang kala beliau meninggikan suaranya dan kadang kala merendahkan suaranya, sehingga kami merasa seolah-olah kami berada di dalam kelompok lebah.Petang hari kami yang mendengar cerita Rasullullah pergi ke rumah Rasullullah, beliau telah tahu tentang soalan kami. Tanya Rasullullah; “Apa khabar kamu semua”, jawab kami “Baik”, tapi kami hendak bertanya mengenai Dajjal, dan mengapa apabila Rasullullah berbicara, kadang kala suara Rasullullah tinggi dan kadang kala rendah ?. Jawab Rasullullah; “Bukan dajjal yang mengkhutirkanku terhadap kamu semua, jika dia muncul dan aku masih berada di antara kamu tentu aku akan membela kamu terhadapnya. Dan jika dia muncul, sedangkan aku tidak berada di samping kamu, maka umat manusia akan menjadi pembela atas dirinya sendiri, dan Allah Taala pengantiku menjadi pembela atas setiap orang muslim”.


Dajjal pemuda berambut kerinting, matanya sepet, aku lebih suka mengatakannya serupa dengan Abdul Uzza bin Qathan. Barang siapa di antara kamu bertemu dengannya, hendaklah dibacakan padanya permulaan surah Al-Kahfi. Dia akan muncul di suatu tempat sunyi antara Syam dan Iraq. Lalu dia akan merusak ke kanan dan ke kiri. Wahai hamba Allah kerana itu teguhkan pendirian kamu!.


Tanya kami; “Berapa lamakah Dajjal akan tinggal di bumi ?”, jawab Rasullullah : “Selama empat puluh hari, satu hari sama seperti setahun, satu hari seperti sebulan, satu hari seperti sepekan dan selebihnya seperti hari-hari kamu sekarang”. Tanya kami; “Ya Rasullullah, ketika sehari seperti setahun, cukupkah kalau kami solat seperti solat sekarang ?”, jawab Rasullullah; “Tidak” tetapi hitunglah bagaimana pantasnya. Berapakah kecepatannya di bumi ?” jawab Rasullullah; Seperti hujan ditiup angin.


Dia mendatangi suatu, maka diajaknya kaum itu supaya beriman kepadanya, lalu mereka beriman kepadanya dan mematuhi segala perintahnya. Di perintahkan langit supaya hujan, maka turunlah hujan. Maka diperintahkan bumi supaya subur, maka suburlah tumbuhan-tumbuhan. Bila hari sudah petang, ternakan mereka akan pulang ke kandang dalam keadaan lebih gemuk dan dengan susu yang lebih besar kerana cukup makan.


Kemudian didatangi kaum yang lain dan diajaknya supaya mereka beriman kepadanya tetapi mereka menolak ajarannya, maka dia berlalu dari mereka. Besok pagi negeri mereka menjadi kering kontang dan habis semua kekayaan mereka. Kemudian katanya; “Keluarkan perbendaharaanmu!” maka keluarlah seluruh kekayaan negeri itu dan pergi mengikuti Dajjal seperti pemimpin lebah diikuti rakyatnya.


Kemudian dipanggilnya seoarang pemuda remaja lalu dibelah dengan pedangnya sehingga anak muda itu terbelah dua dan belahannya itu di lempar sejauh anak panah dipanahkan. Dajjal memanggil tubuh yang terbelah itu kembali, dia datang seutuhnya dan dengan wajah yang berseri-seri sambil ketawa.


Sementara Dajjal asyik dengan perbuatannya yang merosak, maka Allah Taala menurunkan Nabi Isa Al-Masih Ibnu Maryam. Dia diturunkan Allah dekat menara Putih sebelah timur Damsyik dengan memakai dua pakaian berwarna, berpegang pada dua sayap malaikat. Apabila dia menundukkan kepala hujan akan turun, dan apabila dia mengangkat kepala, berjatuhan daripadanya biji-bijik perak bagaikan mutiara. Orang kafir tidak boleh mencium bau nafasnya, sesiapa yang kena bau nafasnya akan terus mati. Bau nafasnya boleh dirasa sejauh mata memandang, maka Nabi Isa a.s. akan mencari Dajjal. Dan Isa bertemu Dajjal di pintu gerbang kota lid (sebuah kota dekat Baitul Maqdis), lalu dibunuhnya Dajjal tersebut.


Kemudian Isa menghampiri kaum yang dipelihara Allah dari kejahatan Dajjal. Maka diusapnya mereka dan dikhabarkan kepada mereka kedudukannya di syurga. Allah mewahyukan kepada Isa a.s. “Aku akan mengelurkan hamba-hambaku yang tidak terkalah oleh sesiapa pun, kerana itu selamatkanlah hamba-hambaku yang soleh ke bukit”, lalu Allah Taala mengeluarkan Ya’juj dan Ma’juj.


Mereka turun melanda dari tempat tinggi. Gelombang pertama melewati telaga Thiber, lalu mereka minum habis telaga tersebut. Kemudian datang pula satu kumpulan yang lain, kata mereka; “Sesungguhnya dahulu ada air di sini”. Nabi Isa dan para sahabatnya terkepung, sehingga sebuah kepala sapi lebih berharga bagi mereka dari seratus dinar bagi seorang kamu pada hari ini (kerana kekurangan makanan).


Maka nabi Isa a.s. dan pengikutnya memohon kepada Allah s.w.t semoga Allah Taala menghancurkan Ya’juj dan Ma’juj. Maka Allah s.w.t mengirimkan kepada mereka penyakit hidung seperti ada haiwan-haiwan sehingga mereka mati semuanya.


Kemudian Nabi Isa dan para sahabatnya turun ke bumi. Tetapi tidak sejengkal tanah pun di dapati melainkan penuh dengan bangkai-bangkai busuk. Nabi Isa dan para sahabatnya mendoa kepada Allah s.w.t semoga sudi menghilangkan bangkai-bangkai yang busuk itu. Maka Allah s.w.t mengirimkan burung-burung sebesar unta lalu di angkut bangkai-bangkai tersebut dan dilemparkan ke tempat yang diperintahkan Allah S.W.T.


Kemudian Allah menurunkan hujan, sehingga walaupun rumah-rumah tanah liat dan rumah-rumah bulu dibersihkannya. Sehingga bumi kelihatan seperti kaca, kemudian Allah perintahkan kepada Bumi; “Tumbuhkan tumbuhan-tumbuhan dan kembali keberkatan mu!”


Ketika itu sekumpulan keluarga, kenyang memakan sebuah delima dan mereka dapat berteduh di bawah kulitnya. Rezeki mereka sangat berkah, sehingga susu unta cukup untuk orang sekampung, susu sesekor sapi cukup untuk orang satu kabilah, susu seekor kambing cukup untuk sekeluarga terdekat.


Ketika itu mereka berada dalam keredaan Allah Taala. Tiba-tiba Allah mengirimkan angin yang baik memasuki ketiak mereka, maka tercabutlah roh setiap mukmin dan orang muslim. Maka tinggal orang-orang jahat belaka, mereka bercampur baur seperti kaldai, maka dengan itu terjadilah hari kiamat.Dipetik dari buku “Himpunan Cerita-Cerita Wanita dan Laki-Laki Dalam Al-Quran dan Hadis”, Jilid 1, ms. 52. © Hakcipta Terpelihara 1991, Syarikat Nurulhas.


kredit kepada :

http://rto.blogmas.com/2007/10/26/kisah-rasulullah-saw-berbicara-dengan-dajjal/

Sepatah Kata Penyampai.

Asalamualaikum..
Terlebih dahulu penulis ingin memberikan sepatah 2 kata iaitu penulis ingin menulis tentang perjuangan para auliya yg banyak berjasa dalam dakwah Islam.